RSS

[Review & Download Link] Sherlock Series 3 Ep.3 – His Last Vow

20 Jan

This is it, the finale episode of Sherlock Series 3: His Last Vow. Perasaan baru juga mulai, jemari ini (gabungan tangan dan kaki) bahkan belum habis menghitung total hari penayangan, eeeh, Series 3 sudah habis lagi?? Sudah hiatus lagi?? Harus menunggu lagi?? I demand more Sherrrrrlooock~ D:

Kabar baiknya, Steven Moffat, salah satu co-creator acara ini, menjanjikan bahwa Series 4 dan 5 tengah dipersiapkan (meskipun BBC One belum mengonfirmasi secara resmi) dan katanya lagi, penayangannya tak akan memakan waktu selama seri-seri sebelumnya. Semoga kali ini Moffat bisa dipercaya. Ehmm, tapi saya sarankan jangan terlalu banyak berharap. Tahu sendiri gimana PHP dan trolling-nya writer kriwil nyentrik satu itu. :p

Well, episode pamungkas di Series 3 ini merupakan favorit saya. Secara keseluruhan, this episode was jaw-dropping, mind-blowing, brilliant. Entah berapa kali saya dibuat shock, nganga, takjub, nangis, kesel, sampai geleng-geleng. Hahaha.. truly beyond my expectation, no wonder, since it’s Moffat work. Memang sejak Series 1, episode-episode yang Moffat tulis -secara kebetulan- menjadi episode terfavorit saya di tiap episode. A Study in Pink for Series 1 and my ultimate fave eps of all, A Scandal in Belgravia from Series 2. Seakan memang menjadi ciri  khas, sepertinya Moffat belum puas jika belum berhasil menjungkirbalikkan emosi penonton. Belum lagi jalinan twist berlapis yang dikemas secara tak terduga, hingga surprising scene di ending yang dijamin membuat penonton terperangah, yah, itulah The Moff. Kind of a magician, a frustating one. :p

**SPOILERS AHEAD**

Jangan tanyakan mengenai canonical references yang menghias episode ini. Dijamin, penggemar cerita original Sherlock Holmes-nya Sir Arthur Conan Doyle akan puas menemukan berbagai sisipan cerita versi buku yang bertaburan di sini. Sherlock yang ‘menyusup’ ke sarang narkoba (namun tetap saja yang namanya Sherlock, sambil menyelam minum air -menyusup sekaligus mencandu), kaitan antara AGRA dan Mary Morstan, bahkan konsep yang diambil untuk episode ini hampir seluruhnya merupakan adaptasi dari salah satu cerita dalam buku “The Return of Sherlock Holmes“, berjudul “The Adventure of Charles Augustus Milverton“, termasuk bagaimana Sherlock bertunangan dengan pelayan Milverton sebagai bagian dari penyamarannya untuk menyelesaikan kasus.

maksud hati menjemput anak teman yang sakaw, lihat siapa yang John temukan!

Bill Wiggins aka Billy
Di novel, ia adalah ‘asisten’ Sherlock Holmes, seorang anak jalanan dengan otak brilian.
Di serial, ia seorang pecandu, berotak brilian, dan ahli kimia.

Memang tak diragukan, sebagai hardcore fanboy of Conan Doyle’s Sherlock Holmes, Moffat begitu memahami dunia Sherlock Holmes sehingga ketika ia (bersama satu lagi fanboy, Mark Gatiss) memutuskan untuk ‘mereinkarnasi’ sang-detektif-konsultan-satu-satunya-di-dunia-itu ke era modern, ia berhasil mempertahankan elemen-elemen krusial yang membingkai Sherlock’s universe dari era Victorian, lalu memolesnya ke masa kini dengan sangat gemilang. Dan hasilnya, sekarang para remaja akan menganggap Sherlock sebagai bagian dari era mereka, detektif favorit masa kini, bukan lagi fiksi kuno layaknya dongeng yang diceritakan kakek nenek. Tidak. Sherlock Holmes ada saat ini, di era ini, berkeliaran di London. Tapi tidak dengan pipa rokoknya, melainkan mantel berkerah tinggi dan rambut kriwil yang membuatnya tampak lebih keren. #eaaa

Oke, kembali ke jalan yang benar review. Sherlock has a girlfriend!! WHAT??! Terus terang saya shock ketika pertama kali nonton, menemukan Sherlock beradegan mesra dengan Janine </3. Padahal sebelumnya, entah sudah berapa kali saya baca cerita C.A.Milverton, bahkan hafal di luar kepala bahwa dalam kasus itu Sherlock sampai berpura-pura bertunangan. Tapi, saat menonton filmnya, diperlukan adegan rumah sakit itu untuk menyadarkan dan melegakan saya untuk berhenti menjedot-jedotkan kepala ke tembok *oke ini lebay* bahwa semua itu hanya bagian dari trik Sherlock dengan tujuan menginfiltrasi kediaman C.A.Magnussen. Olala~ terbukti, keterkejutan memang mampu memicu lacunar amnesia. :p

Apa-apaan ini??? D:<

Oke, ternyata ini bagian dari trik. Gotcha, Janine :p

Hanya dalam 3 seri dengan total 9 episode, Sherlock telah menunjukkan perkembangan yang sangat sangat signifikan. Saya menikmati dinamika hampir semua karakter seiring berlanjutnya serial ini, terutama hubungan antara Molly Hooper dan Sherlock. Bagaimana seorang pathologist yang awalnya “tak terlihat” di mata Sherlock, pada akhirnya disadari (dan mendapat perlakuan yang ‘layak’) sebagai salah satu dari sedikit orang terdekat dan terpenting baginya. Kemajuan yang cukup sentimental :’) Cameo dari family para aktor maupun tim produksi juga menurut saya menjadi pemanis. Louis Moffat -yang asli berambut kriwil turunan babenya- sebagai Sherlock kecil; orang tua Benedict Cumberbatch sebagai orang tua Sherlock Holmes (oh, saya salah ternyata tentang “ordinary parents” karena rupanya ibu Sherlock adalah seorang ahli matematika yang bahkan pernah memublikasikan sebuah buku berjudul “The Dynamics of Combustion“. Wow! Sekarang kejawab ya, misteri otak The Holmes Brothers yang ‘mengerikan’ itu warisan dari siapa :D); serta masuknya Amanda Abbington -kekasih Martin Freeman- sebagai karakter inti yang baru, Mary Morstan.

Membahas karya-karya Moffat, tak bisa dihindari, pasti menggarisbawahi jurus andalannya: unsur-unsur sentimental. Sepertinya The Moff belum puas jika belum mematahkan hati dan menguras air mata penonton. Sampai-sampai saya curiga Moffat punya danau bawah tanah rahasia yang menampung air mata para korban serialnya *yup, ini 100% meracau*. Coba, siapa yang tak berdesir menyaksikan Sherlock yang walaupun nyebelin tapi ngangenin menghadapi detik-detik kematian? Menyaksikan flashback Sherlock kecil yang ketakutan dengan airmata berderai dari mata ke pipi mungilnya? Sherlock kecil dengan Redbeard-nya (ya, identitas Redbeard akhirnya terungkap), terungkapnya identitas asli Mary di hadapan John, lalu touching scene saat John pada akhirnya menerima Mary? Beneran deh, siapin tissue kalau mau nonton episode ini. Hanya, penyelesaian kasus memang agak… ehmm, tega dan kurang elegan. Haruskah seorang Sherlock Holmes yang -meski bukan aparat hukum- tetap menjunjung tinggi dan berpihak pada hukum, pada akhirnya harus membunuh? Walau musuh yang ia hadapi semengerikan dan semenjijikkan Magnussen? Saya sempat kecewa. Kaget. Namun kembali lagi, Sherlock bukanlah pahlawan. Ia seorang sociopath. Sociopath with his last vow, to protect John and Mary -and their baby. Jadi, begitulah… mungkin memang tidak ada cara lain… *kemudian hening* … Tapi saya masih berharap Sherlock tidak menembak mati Magnussen. Saya masih berharap Magnussen hanya cedera. Mind palace-nya yang cedera. Semoga…

Charles Augustus Magnussen, the disgusting yet unavoidably creepy blackmailer

Bukti kejeniusan Magnussen. Kemampuan dalam membaca profil dan kelemahan lawan.
Mirip kemampuan deduksi Sherlock, bukan?

Bukan, itu bukan kacamata “Google Glass”. Itu kacamata biasa
*i found out Magnussen’s horrifying skill since the beginning* :p

Introducing you the pregnant wife turn out to be formerly assassin, Mary Morstan aka A.G.R.A

Louis Moffat as the young Sherlock Holmes. Wasn’t he cute? ^^

The book Mary reads is written by Mrs. Holmes.
Sherlock’s mom is a BLOODY former mathematician!

i cried for this… T__T

then i giggled for this…

and again my heart tormented for this T__T

Applause saya berikan untuk Nick Hurran, sutradara di balik visualisasi memukau di episode ini. Rasanya, ‘ruh’ stunning cinematography yang saya temukan di seri sebelumnya, kembali hadir di sini (tidak di episode 1 dan kurang di episode 2). Sebagaimana yang saya kemukakan dalam review sebelumnya, saya mengagumi penyutradaraan Paul McGuigan, dan dengan absennya sutradara Wicker Park tersebut di seri ketiga ini, saya cukup skeptis akan hasilnya. Dan benar saja, episode 1 kurang ‘memanjakan mata’, episode 2 cukup bagus, lalu tadaaa~ Nick Hurran berhasil mengembalikan ‘ruh’ itu di episode 3. Sebelum His Last Vow tayang, saya sudah memperkirakan akan seperti apa hasil penyutradaraannya, berdasarkan referensi profil dan episode-episode Doctor Who yang ia sutradarai. Prestasi menang 1 award dan mendapat 5 nominasi ternyata terbukti tidak mengecewakan. Episode-episode Doctor Who yang Nick Hurran sutradarai (seperti The Girl Who Waited, Angels Take Manhattan, dan Asylum of The Daleks) juga masuk dalam list episode favorit saya. Kudos untuk Nick Hurran dan semoga MoffTiss merangkulnya lagi untuk seri-seri selanjutnya. 😀

Some evidence of Nick Hurran beautiful cinematography:
I really like this kind of view: window reflection, smooth scene transition, stunning silhouette, the symmetry, etc

Jump to the conclusion, i give my 10/10 rate for His Last Vow. Berlebihan? Hmm,, mungkin. Tapi menurut saya episode ini pantas menerima skor sempurna. Sama seperti A Scandal in Belgravia. It’s about the feel..

Tentang surprise di ending, menurut saya, sumpah itu beneran ASDFGHJKL!! Terlepas dari bermacam spekulasi yang beredar -benarkah itu Moriarty yang ITU? Jangan-jangan itu adik kembar Moriarty? Jangan-jangan itu rekayasa Mycroft? Jangan-jangan itu pancingan dari musuh baru?- yap, terlepas dari semuanya, i must admit that, I DID MISS HIM. :p

What a perfect cliffhanger, isn’t it?
See you in Series 4. Hope it will be back soon. 😀

————————————————————————-

Download Link:

450p (repack version) : 350MB, 500MB

Subtitle

 
10 Comments

Posted by on January 20, 2014 in Film, Review

 

Tags: , , , , , , , , , ,

10 responses to “[Review & Download Link] Sherlock Series 3 Ep.3 – His Last Vow

  1. gugumgumii

    January 22, 2014 at 2:16 pm

    thank you foe sharing 😀

     
  2. theqasimi

    February 3, 2014 at 9:27 am

    tindakan sherlock yang ngebunuh musuhnya mirip Hercule Poirot yang ngebunuh Norton di novel terakhirnya, sebelum Poirotnya meningga; 😥

     
    • umizari

      February 4, 2014 at 9:56 am

      Oiya bener. Motif tindakan Poirot jg demi menyelamatkan sahabatnya.

      Tp jangan sampai Sherlock berakhir “bunuh diri” seperti Poirot. Setidaknya Sherlock menanggung konsekuensi atas tindakannya secara gentle.

       
  3. Aini

    March 17, 2014 at 1:10 pm

    Scandal in Belgravia itu tingkat kegalauan Sherlock dengan Irene hahaha

     
  4. Izz Chal

    May 14, 2014 at 4:23 pm

    Hahahaha … Keren banget ni film ya , bikin Otak di putar2 … 😀 thanks for review.. Sangat bermanfaat ..

     
  5. sureukis

    February 21, 2015 at 11:25 am

    itu otaknya magnussen pasti udah ditanem chip super… jadi mending ditembak aja…

     
  6. Ryan

    March 17, 2015 at 1:25 pm

    lihat kata-kata Sherlock tentang John yg kencanduan(?) psikopat jadi penasaran apakah Molly jg begitu?

     
    • umizari

      March 17, 2015 at 1:27 pm

      Kemungkinan iya. Lihat saja org2 yg Molly suka: Sherlock, Jim,, mereka cenderung psikopat kan?
      Tinggal Tom nih yg blm ketahuan

       
  7. m. khanif

    October 14, 2016 at 8:35 am

    season 4 nya udah keluar belum ya?

     
    • umizari

      October 28, 2016 at 11:09 am

      Series 4 episode 1 tayang di UK tanggal 1 Januari 2017

       

Biasakan Memberikan Komentar Setelah Membaca, Ya ^^